4.27.2009

Indahnya Membaca Al-Qur'an

Dari Abu Musa Al-Asy`ari berkata, Rasulullah bersabda: "Perumpamaan orang mukmin yang membaca al-Qur`an bagaikan buah limau baunya harum dan rasanya lezat. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca al-Qur`an bagaikan kurma, rasanya lezat dan tidak berbau. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca al-Qur`an bagaikan buah raihanah yang baunya harum dan rasanya pahit, dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al Qur`an bagaikan buah hanzholah tidak berbau dan rasanya pahit." Muttafaqun `Alaihi.

Merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk selalu berinteraksi aktif dengan al-Qur`an, dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir dan bertindak. Membaca al-Qur`an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, dan untuk menggairahkan serta menghidupkan kembali kegairahan kita dalam membaca Al Qur`an, ada beberapa keutamaan dalam membaca Al Qur`an sebagai berikut :

1. Manusia yang terbaik.

Dari `Utsman bin `Affan, bahwasanya Nabi bersabda : "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur`an dan mengajarkannya." H.R. Bukhari.

2. Dikumpulkan bersama para Malaikat.

Dari `Aisyah Radhiyallahu `Anha berkata, Rasulullah bersabda : "Orang yang membaca al- Qur`an dan ia mahir dalam membacanya maka ia akan dikumpulkan bersama para Malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al Qur`an dan ia masih terbata-bata dan merasa berat (belum fasih) dalam membacanya, maka ia akan mendapat dua ganjaran." Muttafaqun `Alaihi.

3. Sebagai syafa`at di Hari Kiamat.

Dari Abu Umamah al-Bahili berkata, saya telah mendengar Rasulullah bersabda : "Bacalah Al Qur`an, maka sesungguhnya ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya)." H.R. Muslim.

4.
Kenikmatan tiada tara

Dari Ibnu `Umar, bahwasanya Nabi SAW bersabda : "Tidak boleh seorang menginginkan apa yang dimiliki orang lain kecuali dalam dua hal; (Pertama) seseorang yang diberi oleh Allah kepandaian tentang al-Qur`an maka dia mengimplementasikan (melaksanakan)nya sepanjang hari dan malam. Dan seorang yang diberi oleh Allah kekayaan harta maka dia infakkan sepanjang hari dan malam." Muttafaqun `Alaihi.


5.
Ladang pahala.

Dari Abdullah bin Mas`ud, Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur`an) maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan akan dilipat gandakan dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan "Alif lam mim" itu satu huruf, tetapi "Alif" itu satu huruf, "Lam" itu satu huruf dan "Mim" itu satu huruf." H.R. At Tirmidzi dan berkata : "Hadits hasan shahih".

6. Kedua orang tuanya mendapatkan mahkota surga.

Dari Muadz bin Anas, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang membaca al-Qur`an dan mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya, Allah akan mengenakan mahkota kepada kedua orangtuanya pada hari kiamat kelak. (Dimana) cahayanya lebih terang dari pada cahaya matahari di dunia. Maka kamu tidak akan menduga bahwa ganjaran itu disebabkan dengan amalan yang seperti ini. " H.R. Abu Daud.

Marilah Kita Kembali kepada Al-Qur`an

Bukti empirik di lapangan terlihat dengan sangat jelas bahwa kaum muslimin pada saat ini telah jauh dari al-Qur`an yang merupakan petunjuk dalam mengarungi bahtera kehidupannya (The Way of Life). Alloh berfirman :

Berkatalah Rasul: "Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur'an ini sesuatu yang tidak diacuhkan". (QS. 25:30)

Dan mereka (para musuh Islam) berusaha keras untuk menjauhkan kaum muslimin secara personal maupun kelompok dari sumber utama kekuatannya yaitu al-Qur`anul-Karim. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh al-Qur`an mengenai target rahasia mereka dalam memerangi kaum muslimin dalam firman-Nya :

Dan orang-orang yang kafir berkata:"Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan al-Qur'an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka). (QS. 41:26)


Jauhnya umat terhadap al-Qur`anul-Karim merupakan suatu masalah besar yang sangat fundamental dalam tubuh kaum muslimin. Perkara untuk mempedomanii petunjuk Allah SWT melalui kitab-Nya, bukan sekedar perbuatan sunnah atau suatu pilihan. Allah berfirman :

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata. (QS. 33:36)

Tegasnya, menjadikan kitab Allah Subhanahu wa Ta`ala sebagai sumber petunjuk satu-satunya dalam kehidupan dan mengembalikan segala masalah hanya kepada-Nya merupakan suatu keharusan oleh setiap diri kita. Kita sama-sama telah sepakat bahwa dalam menanggulangi masalah kerusakan sebuah pesawat terbang, kita harus memanggil seorang insinyur yang membuat pesawat itu, dan kita sama-sama telah sepakat bahwa seorang pilot yang akan mengoperasionalkan suatu pesawat terbang harus mengikuti buku petunjuk oprasional pesawat yang dikeluarkan dari perusahaan yang memproduksinya. Tetapi mengapa kita tidak mau menerapkan prinsip ini dalam diri kita sendiri. Bahsanya Allah SWT yang telah menciptakan kita dan hanya petunjuk-Nya saja yang benar. Sedang kita mengetahui bahwa pegangan yang mantap dan pengarahan yang benar hanyalah al-Qur’an, Alloh berfirman:

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Q.S. 2 : 120)

Ketika ummat Islam telah jauh dari al-Qur’an, maka musibah dan malapetaka serta segala jenis penyakit hati akan datang silih berganti, sebagaimana yang saat ini kita lihat sendiri secara kasat mata. Hendaknya kita berdoa kepada Allah SWT, semoga Alloh SWT mengerakkan hati dan memudahkan langkah kita dan umat Islam lainnya untuk kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya sehingga kita menjadi umat yang terbaik dimuka bumi ini.


Tujuan yang pertama dari upaya meluruskan aqidah ini tercermin dalam beberapa hal berikut:

a.Meneguhkan sendi-sendi tauhid.

b.Meluruskan aqidah tentang nubuwah dan risalah.

c.Memantapkan aqidah iman kepada akhirat dan pembalasan.

Kami akan menguraiakan masing-masing di antara tiga unsur ini dalam rincian berikut.

Meneguhkan Sendi-sendi Tauhid

Al-Qur’an menganggap syirik sebagai kejahatan paling besar yang dilakukan manusia.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.”(An-Nisa’:48).

Sebab syirik merupakan kezhaliman terhadap hakikat, pemalsuan terhadap kenyatan dan penurunan martabat manusia dari kedudukannya sebagai pemimpin terhadap alam seperti yang di kehendaki Allah, lalu beralih ke martabat penghambaan dan ketundukan kepada mahkluk, baik yang berupa benda mati,tetumbuhan,hewan,manusia,atu lain-lainnya. Karena itu Allah menjelaskan,

“Sesungguhnya syirik itu adalaah benar-benar kezhaliman yang besar.”(Lukman:13).

“Maka jauhilah oleh kalian berhala-berhala yang najis itu jauhilah perkataan-perkataan dusta,dengan ikhlas kepada Allah,tidak mempersekuukan sesuatu dengan Dia.Barangsiapa yang mempersekutukan dengan Allah,maka adalah ia seolah-olah jatuh dari dari langit lalu disambar oleh burung,atau diterbangkan angina ke tempat yang jauh.”(Al-Hajj:30-31)

Meluruskan Aqidah tentang Nubuwah dan Risalah

Masalah ini dapat di rinci sebagai berikut:

1. Menjelaskan kebutuhan terhadap nubuwah dan risalah,sehinga manusia tidak lagi mempunyai hujjah atas Allah setelah kedatangan para rasul itu.

“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab(Al-Qur’an) ini,melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dn rahmat bagi kaum yang beriman.”(An-Hah:64)

2. Menjelaskan tugas para rasul untuk menyampaikan gambar gembira dan peringatan kepada manusia. Mereka bukan tuhan yang disembah dan bukan pula anak-anak tuhan,tapi mereka manusia biasa yang mendapat wahyu.

“Katakanlah,’Sesungguhnya aku ini seorang manusia seperti kalian,yang diwahyukan ke padaku, bahwa sesungguhnya Ilah kalian itu adalah Ilah Yang Mahaesa.’”(Al-Kahfi:110).

Mereka berkuasa menyeru kepada pengesaan Allah dan tidak berkuasa memberikan petunjuk kepada hati dan tidak pula menguasai hati manusia.

“Maka berilah peringatan, sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.”(Al-Ghasyiyah:21-22)

3. Mendustakan berbagi syubhat yang dibangkitkan orang-orang dahulu para rasul,seperti perkataan mereka,”Kalian hanyalah manusia biasa seperti mereka”atau perkataan mereka,:Sekiranya Allah menghendaki,tentu Dia menurunkan para malikat “.Lalu Al-Qur,an menyanggah perkataan mereka seperti yang tercermin dalam firman Allah,

“Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka, ‘Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, kan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hyamba-hamb-Nya’.” (Ibrahim:11)

“Katakanlah: ‘Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya kami turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi Rasul’”. (Al-Isra’:95)

4. Menjelaskan kesudahan orang-orang yang membenarkan para rasul dan kesudahan orang-orang yang mendustakan mereka. Di dalam Al Qur’an banyak disebutkan kisah para rasul dengan umatnya masing-masing, yang selalu disudahi dengan kehancuran orang-orang yang mendustakan dan keselamatan orang-orang yang percaya kepada mereka.

“Dan (telah kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. kami tenggelamkan mereka dan kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. dan kami Telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih; Dan (Kami binasakan) kaum 'Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum- kaum tersebut. Dan kami jadikan bagi masing-masing mereka perumpamaan dan masing-masing mereka itu benar benar Telah kami binasakan dengan sehancur-hancurnya.” (Al Furqan:37-39)

“Kemudian kami selamatkan rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman, Demikianlah menjadi kewajiban atas kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.” (Yunus: 103)

Mantapkan aqidah iman kepada akhirat dan pembalasan

Diantara titik perhatian Al Qur’an dan yang selalu diulang-ulang penyebutannya di dalam surat Makkiyah maupun Madaniyah, ialah masalah iman kepada akhirat dan apa yang terjadi di sana, seperti pembalasan dan hisab, surga dan neraka.

Ada beberapa cara yang diambil Al Qur’an untuk memantapkan aqidah ini, diantaranya:

1. Menghadirkan dalil-dalil tentang kemungkinan kebangkitan, dengan menjelaskan kekuasaan Allah untuk mengambilkan mahluk seperti sedia kala.

“Dan dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, Kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ar Rum: 27)

2. Peringatan tentang penciptaan ala yang besar, sehingga penciptaan manusia di samping penciptaan alam yang besar ini termasuk sesutau yang remeh.

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan dia tidak merasa payah Karena menciptakannya, Kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) Sesungguhnya dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Ahqaf: 33)

3. Menjelaskan hikamh Allah dalam pembalasan, agar orang yang berbuat kebaikan tidak sama dengan orang yang berbuat keburukan, agar orang baik tidak sama dengan orang jahat kesudahannya nanti, sehinggga hidup ini menjadi sia-sia. Allah tidak akan berbuat yang seperti itu.

“Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al Mukminun: 115)

4. Menjelaskan apa yang ditunggu orang-orang Mukmin yang berbuat kebajikan di akhirat, berupa pahala dan ketentraman, dan apa yang dipersiapkan bagi orang-orang kafir yang berbuat kejahatan, berupa siksa dan penyesalan.

5. Menggugurkan berbagai macam persangkaan yang dihembuskan orang-prang kafir dan musyrik, bahwa sesembahan mereka akan memintakan syafaat bagi mereka di sisi Allah pada hari kiamat. Begitu pula angggapan Ahli Kitab yang akan dimintakan Al Qur’an dan dianggap gugur.

“(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya, (An Najm: 38-39)

“Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya.” (Al Mukmin: 18)

0 komentar:

translator